Judul Buku : Olenka
Pengarang : Budi Darma
Isi : 426 halaman
Genre : Sastra Romance
Publisher : Mizan
Budi Darma memang diakui sebagai salah satu penulis sastra yang jenius, yang mampu merangkai kata menjadi sebuah cerita elegan dengan penuh absurditas yang nyata. Absurditas yang dilukiskannya bukanlah absurditas yang dideskripsikan Albert Camus sebagai sesuatu yang utopis dan sesuatu yang makin mendekatkan manusia kepada kematian. Vis a vis dengan Camus, Budi Darma mengenkripsi absurditas menjadi sebuah realitas yang hidup karena kekacauan-kekacauan yang tidak terencana dan dating begitu saja.
Melalui dua novel terkenalnya, yaitu: Orang-orang Bloominton dan Olenka Budi Darma mengajak para pembaca untuk menyimak sebuah cerita yang berlatar belakang kehidupan di Bloomington, Indiana, Amerika Serikat. Dengan imajinasi mendalamnya, ia menceritakan pandangan hidup, kondisi sosiologis, geografis, serta kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang Bloomington sewaktu ia tinggal disana.
Novel yang diterbitkan pertama kali di tahun 1983 diyakini memang tidak mudah untuk dibaca pada waktu itu, mengingat landscap perkotaan Bloominton yang digambarkan Budi Darma pada saat itu jauh dari kata ideal bagi para pembacanya di Indonesia. Tahun 1983, Indonesia mengalami stagnasi pengetahuan yang lebar, ada sebuah jurang menganga bagi setiap kelompok sosial dimana pendidikan menjadi salah satu hal yang sulit untuk digapai bagi orang-orang yang lahir dari latar belakang non-priyayi, non-militer, non-pengusaha, non-pemerintahan, serta golongan orang-orang tani yang sebagian besar hidup di rural area.
Belum lagi dengan bangunan sudut kota yang ditampilkannya, seperti apartemen, lift, dan mini market yang saat itu sangat jarang ditemui di Indonesia. Justru bangunan-bangunan tersebut lebih cocok diidentikkan dengan negara-negara yang menganut sistem ekonomi liberalisme seperti sebagian besar negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Dengan kondisi seperti itulah mungkin alasan diatas dapat dijadikan justifikasi mengapa Novel Olenka mencapai titik tertinggi kepopulerannya pada abad ke-21.
Olenka yang digambarkan Budi Darma sebagai seorang wanita yang tertutup, cerdas sekaligus berbakat, namun memiliki kompleksitas yang tinggi adalah karakter yang hampir selalu dimiliki oleh wanita-wanita modern saat ini. Dengan gaya ini tidak jarang Olenka dianggap cantik bagi para pembacanya karena juga memiliki sense of art yang tinggi dengan ketelatenannya dalam merangkul pengetahuan melalui buku serta kepiawaiannya melengkungkan kuas untuk menciptakan sebuah objek surrealis.
Hingga akhirnya Olenka bertemu seorang tokoh utama lainnya yang bernama Fanton Drummond, seorang laki-laki yang berkecukupan, yang pernah menulis skrip naskah untuk Hollywood. Pertemuannya dengan Fanton dianggap Olenka bukan sebagai sebuah pertemuan yang kebetulan. Dalam khayalannya, ia sebelumnya kerap memimpikan Fanton adalah kekasih masa depannya yang suatu saat saat pasti bertemu. Meski begitu, pertemuan pertamanya baru terlaksana ketika mereka berdua tinggal di gedung apartemen yang sama, dan pada saat yang sama Olenka sudah bersuami dengan satu anak di rumahnya.
Bagi Fanton, rumah tangga Olenka bukan menjadi sebuah halangan bagi dirinya untuk mendekati Olenka. Bayang-bayangnya tidak pernah lepas sedikitpun dari pikiran Fanton, bahkan ketika ia tenggelam dalam pekerjaannya. Kadang ketika Fanton memiliki waktu luang, ia sengaja membuntuti Olenka di taman, di tempat kerjanya, hingga di hamparan padang yang luas hanya untuk bertemu dengan pujaan hatinya. Olenka pun begitu, dengan malu-malu dan menunggu momen yang pas akhirnya mereka berdua berkenalan. Dari sebuah perkenalan itulah komunikasi keduanya menjadi intens, yang akhirnya membuat mereka tenggelam dalam romantisme cinta yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Hingga pada suatu hari, Olenka benar-benar meluapkan segala emosi cintanya kepada Fanton dengan bercerita bahwa perkawinannya dengan Wayne (Suami Olenka) adalah perkawinan yang tidak ia inginkan, begitu juga lahirnya Steven (Anak Olenka) merupakan getah bagi dirinya. Wayne jelasnya sebagai seorang suami yang benar-benar malas, yang tenggelam dalam utopia tulisannya. Wayne hanya mempunyai satu keinginan dan keinginannya adalah menjadi penulis masyhur yang bagi Olenka dianggap tidak masuk akal dengan realitas kehidupan keluarganya. Untuk memenuhi keinginan Wayne, terkadang Olenka harus bekerja keras sendirian untuk menghidup keluarganya. Hampir-hampir ia harus melakukan triple-job agar Steven dan Wayne bisa menikmati makan sebagai amunisi dalam menjalani kehidupannya.
Cerita tersebut seakan mampu memberikan sihiran kuat terhadap Fanton, hingga ia terperangai sekaligus iba terhadap Olenka. Tidak butuh lama hal tersebut mampu membuatnya terpikat dengan Olenka untuk menikahinya. Namun pada saat cinta mencapai puncaknya, Olenka pergi meningalkan Fanton karena merasa telah melakukan perselingkuhan yang salah. Ia kemudian menceritakan alasan kepergiannya melalui sepucuk surat yang bukan hanya menyinggung masa-masanya dengan Wayne dan Fanton tetapi juga kehidupan sebelumnya Bersama Ayah dan Ibundanya. Dengan sepucuk surat itulah Fanton mendapatkan petunjuk keberadaan Olenka, namun disaat ia berhasil menemukan Olenka, Fanton kehilangan semangat. Ia merasa bahwa ia bukan lelaki yang diinginkan Olenka.
Setidaknya dari novel ini, kita mampu menarik makna implisit yang terkandung di dalamnya, bagaimana Budi Darma memberikan pesan kepada para pembacanya untuk memiliki pegangan yang kuat dalam membangun suatu hubungan. Pegangan itulah yang harus menjadi bekal kemapanan dalam segala aspek yang dibutuhkan oleh keluarga mulai dari materi, mental, pikiran, dan sebagainya sehingga hubungan tidak akan mudah kandas.